Desa ini ditinggali oleh:
Suku Jawant, berasal dari daerah Kapuas Hulu. Dalam perjalanan, mereka tersesat dan tinggal menetap di hilir sungai Menterap.
Mereka hidup dalam satu rumah panjang di kampung Boti, tetapi kemudian mereka lari terpencar-pencar sampai 15 buah kampung. Panglima perang mereka namanya MANTEARE yang sekarang diberi nama pada salah satu CU yaitu CU MANTEARE untuk mengingat kembali panglima perang mereka.
Kampung Boti terbesar dari sekian kampung orang suku Jawant. Sekitar 280 kepala Keluarga jadi diperkirakan 700-800 jumlah penduduk kampung Boti.
Kehidupan Sosial Ekonomi
Kehidupan masyarakat menghandalkan pertanian tradisional dan perkebunan karet. Rata-rata cukup untuk kebutuhan hidup mereka bahkan ada yang lebih sehinggs stok padi tak pernah habis. Karet juga menjadi penghasilan utama. Rata-rata sebulan bisa menghasilkan puluhan ton karet. Sayang bahwa harga karet akhir-akhir ini terus merosot tertimpa krisis global. Meskipun demikian mereka tetap eksis dalam soal perekonomian bila dibandingkan dengan daerah-daerah lain. Kelemahannya bahwa mereka kurang teliti mengatur pola ekonomi rumah tangga sehingga kebutuhan-kebutuhan vital kurang diperhatikan. Misalnya: acara gawai kampong sungguh luar biasa pengeluaran setiap rumah sehingga diperkirakan beberapa ton daging hanya untuk acara gawai. Perhitungannya seperti ini kalau satu rumah memotong daging paling kurang 20kg dikalikan 200 rumah maka ada 4000 kg daging hanya untuk gawai satu kampung. Perhitungan ini di luar mereka yang memotong daging babi lebih dari 20 kg. Ini berdasarkan analisa ekonomi tapi dari sudut pandang adat istiadat dan budaya maka akan sangat berbeda karena ada nilai plus buat mereka. Moment ini berguna untuk mengumpulkan sanak saudara dari tempat yang jauh.
Hidup Religiositas
Nenek moyang orang Jawant punya hidup religiositas. Mereka menyembah kepada Duata Petara (Allah nenek moyang mereka) yang digambarkan dalam bentuk patung belian seperti gambar di bawah ini. Upacara pemujaan dilakukan dalam jangka waktu 5 tahun sekali atau sewaktu-waktu kalau terjadi masalah besar seperti tertimpa wabah penyakit. Upacara tersebut hampir sama dengan upacara tolak bala di daerah Ketapang Kalimantan Barat. Mereka bisa laksanakan10 hari 10 malam. Semua orang Jawant mengahadiri upacara tersebut. Efek dari upacara ini supaya kampung dan orang suku Jawant selamat dari bencana penyakit dan bencana lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar